Site icon Konstruksi Media

Cerita di Balik Rumitnya Bangun Longspan Kuningan LRT Jabodebek

Konstruksi Media – Dalam melaksanakan pengerjakan infrastruktur sangat dibutuhkan pengetahuan yang mumpuni. Terlebih lagi infrastruktur yang dibangun nantinya untuk angkutan massal, faktor keselamatan harus menjadi prioritas, serta desain yang cakap juga harus diperhitungkan.

Seperti halnya pengerjaan bentang bangunan dengan ruang tanpa pilar  alias Longspan Kuningan Lintas Rail Terpadu /LRT Jabodebek, yang harus dikerjakan dengan super extra karena tanpa ada tiang penyanggah di bawahnya, dan melibatkan banyak pihak seperti konsultan hingga ahli dari akademisi.

Project Engineering Manager PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Tatok Damar Raharjo, dalam webinar series yang digelar Forum QHSE BUMN Konstruksi secara virtual bercerita mengenai uji beban yang dilakukan di Longspan Kuningan LRT Jabodebek dua pekan lalu (medio Maret 2022).

“Saya mengambil quote dari (Direktur Operasi II ADHI Pundjung Setya Brata), An Active and vibrant railways system confers many benefits on today society (sistem perkeretaapian yang aktif dan dinamis itu akan memberikan banyak manfaat kepada masyarakat), terutama untuk masyarakat yang berlokasi di Cibubur dan Bekasi Timur yang akan lebih mudah dan banyak manfaatnya menggunakan LRT Jabodebek,” papar Tatok, (8/4/2022).

Tatok Damar Raharjo, Project Engineering Manager PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Dok. Tangkapan Layar

Sebagaimana diketahui berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 98 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (LRT Jabodebek). PT Adhi Karya, ditugaskan untuk membangun transportasi massal berbasis rail yakni LRT Jabodebek.

Baca Juga : Program Prioritas Forum QHSE BUMN Konstruksi

Ia menambahkan, dalam perencanaanya pembangunan LRT Jabodebek ini ada tiga jalur yang akan dilintasi (service line) yakni pertama dari Cawang-Cibubur, yang kedua dari Cawang-Dukuh Atas, dan ketiga yaitu Cawang-Bekasi Timur.

“Untuk tiga line ini dikontruksi pada fase-1 dengan panjang 44 Km. Selanjutnya untuk fase-2 memiliki panjang sekitar 39 Km, saat ini masih dalam tahap perencanaan (Feasibility Study) untuk area Cibubur ke Bogor, dan kemudian dari Dukuh Atas dilanjutkan ke Grogol, serta dari Dukuh Atas ke Senayan,” terangnya.

Pria yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro itu melanjutkan, di dalam tiga pelayanan yang kana dilalui oleh LRT tersebut nantinya akan memiliki 10 Longspan. Lintas pertama itu ada dua lonspan (JORR dan Cililitan), dan lintas kedua itu ada tiga Longspan (Kali Bekasi, Cikunir, Cililitan), serta lintas ketiga itu ada lima Longspan (Cawang, Ciliwung, Cikoko, Kuningan dan Dukuh Atas).

“Kita fokuskan saat ini membahas Longspan Kuningan yang berada di line dua. Di mana dalam proses konstruksinya menggunakan metode Cast In Situ, dengan panjang utama sekitar 148 meter dan site span nya sekitar 86,5 meter, menggunakan box girder dengan desain dari skikandi CGA (Cipta Graha Abadi), Arvilla Delitriana,” bebernya.

Pembangunan Longspan Kuningan LRT Jabodebek. Dok. Ist

Posisi Longspan Sangat Krusial

Dia mengemukakan untuk posisi Longspan ini berada pada level-4, bisa dibilang sangat krusial. Di mana level-1 berada di Underpass Mampang, level-2 nya berada di Jalan Gatot Subroto, level-3 berada di Jalan Tol Dalam Kota.

“Secara singkat pembangunan Longspan ini penuh tantangan. Sedikit bercerita desain engineering dari Prancis mengatakan Longspan Kuningan ini tidak mungkin untuk dibangun. Akan tetapi berjalannya waktu kita coba diskusi dengan CGA dan mereka menyatakan mampu untuk mendasain jembatan dengan panjang 148 meter ini tanpa ada tiang penyanggah ditengah,” urai pria berkacamata jurusan Civil Engineering tersebut.

“Tidak mungkin dibangun tiang penyanggah, karena tidak memiliki space. Dibawah sekali ada Underpass Mampang, Jalan Raya, dan Jembatan Tol Dalam Kota,” tuturnya.

Dijelaskan olehnya, pada saat diskusi dengan desain engineering dari Prancis ini, mereka menyatakan untuk menempatkan satu pilar di tengah sela-sela Jalan Tol Dalam Kota. Karena space yang sangat terbatas terhadap ketinggian dan horizontalnya itu sangat sempit tidak memungkinkan dibangun pilar ditengah.

Meski begitu, CGA memastikan tanpa adanya pilar ditengah itu dapat dicapai. Ini adalah salah satu tantangan yang dihadapi dalam membangun Longspan Kuningan,” terang Tatok.

Pada saat fase konstruksi ada beberapa flow yang harus dilalui yakni dari segi desain verification, contruction method & impelementation dan construction testing

Pada saat desain Longspan tersebut dilakukan oleh CGA harus diajukan ke konsultan supervisi yaitu OCG-JRIS Association (konsultan dari Jepang) untuk mendapat persetujuan darinya.

Setelah adanya approval dari supervisi konsultan Jepang tersebut, kemudian kita menggandeng Independent Checking Engineer (ICE) dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) unttuk dilakukannya pengecekan desain keseluruhan untuk memastikan aman.

“Kita ingin dari segi safety benar-benar meyakinkan kalau desain ini dapat diaplikasikan,” katanya.

Selanjutnya Tim juga berkoordinasi dengan Komisi Jalan Jembatan dan Terowongan Kementerian PUPR perihal desain Longspan tersebut. Pada saat diskusi dengan Kementerian PUPR pihaknya juga sudah mendapatkan sertifikat layak desain dari Menteri PUPR.

“Masuk ke fase konstruksi, kita tidak hanya memastikan bahwa desain itu sudah approve oleh Menteri PUPR, tapi kita meyakinkan bahwa konstruksi method kita tercapai dengan safe,” urai Tatok.

Dalam melakukan konstruksi Longspan ini, Tim mengajukan ke konsultan supervisi OCG-JRIS Association untuk mendapat persetujuan darinya kembali. Selanjutnya, setelah mendapat approval, kembali, Engineering ADHI menggandeng checking engineer untuk diskusi mengenai temporary work.

“Contohnya ketika membangun tier atau tierhead kita ada shoring disitu dan untuk meyakinkan bahwa shoring ini kuat sehingga safety itu tercapai. Kita juga menggandeng Independent Checking Engineer dari ITB untuk meyakinkan struktur shoring untuk menyanggah struktur pierhead itu dalam keadaan aman,” paparnya kembali.

Pembangunan Longspan Kuningan LRT Jabodebek. Dok. Ist

“Setelah aman dilakukan konstruksi, Alhamdulillah, kita mendapatkan rekor MURI untuk Longspan Kuningan sepanjang 148 meter tanpa tiang penyanggah ditengahnya itu belum ada, dan kita pertama yang membangun dengan desain seperti itu,” ungkapnya penuh sukacita.

Kemudian dilanjutkan ke contruction testing. Ketika konstruksi sudah jadi, Tim melakukan foundation test dan kembali meraih rekor MURI karena beban yang ditempuh sangat besar.

Selanjutnya masuk ke poin berikutnya yakni structural static and dynamic test, di mana apabila sudah lolos dari fase ini akan mendapatkan sertifikat laik operasi dari Kementerian PUPR.

Dari Kementerian PUPR itu kita mendapatkan dua sertifikat. Pertama sertifikat laik desain yang sudah kita dapatkan; Kedua sertifikat laik operasi yang sedang ditempuh. Selanjutnya akan ada sertifikat lainnya yang harus ditempuh untuk menguji sistemnya.

Karena untuk menjamin keamanan lebih jauh, perlu adanya pengujian baik armada kereta maupun infrastrukturnya.

“Pengujian infrastruktur elevated (jembatan) dengan cara memberikan beban pada struktur tersebut kemudian diamati parameter-parameter seperti frekuensi alami, lendutan, regangan, defleksi pilar, serta pergerakan bearing yang terjadi selama kereta berada diatasnya,” tutupnya.

Baca Artikel Selanjutnya :

Exit mobile version