Site icon Konstruksi Media

Ikuti Yuk! Untar Bakal Gelar Webinar Soal Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung

Konstruksi Media – Universitas Tarumanagara(Untar) bersama PT. Kereta Cepat Indonesia China (PT.KCIC), CDJO dan PII akan menggelar Webinar guna membahas tantangan teknologi infrastruktur, aspek ekonomi dan bisnis serta keselamatan operasi pada proyek KCIC Jakarta – Bandung.

Materi webinar tersebur mencakup beberapa hal penting yang perlu dibahas, yaitu terkait sistem kontrak, dampak sosial ekonomi, perkiraan tarif dan permintaan.

Tujuan dari webinar ini adalah untuk mendiseminasikan informasi dan pembelajaran bagi dunia konstruksi di Indonesia dan bagi kalangan akademisi.

Seperti diketahui, jalur Jakarta menuju Bandung akan terhubung dengan proyek kereta api berkecepatan tinggi dengan panjang 142,3 km dan menjadi salah satu proyek infrastruktur strategis nasional. Proyek ini memiliki 4 stasiun, yaitu Stasiun Halim – Stasiun Karawang – Stasiun Walini ( akan ditunda dan digantikan oleh Padalarang Stasiun) – Stasiun Tegalluar (Bojongsoang, Kabupaten Bandung) , melintasi 9 Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing, selain itu juga akan berdampak positif dan negatif bagi masyarakat yang melewati jalur kereta api cepat khususnya di sekitar stasiun kereta api. Pemetaan atau prediksi dampak positif dan negatif sangat penting untuk dapat mengantisipasi dampak positif dan memitigasi dampak sosial negatif bagi masyarakat.

Waktu tempuh Jakarta-Bandung dengan kereta cepat direncanakan selama 45 menit dan kereta cepat ini beroperasi 18 jam sehari, mencapai kecepatan operasional maksimum 350 km/jam dengan kapasitas 583 orang dalam satu perjalanan.

Proyek ini dilaksanakan dengan skema Business to Business dimana pelaksana proyek adalah konsorsium BUMN Indonesia dan China yaitu PT. Kereta Cepat Indonesia China (PT.KCIC) dengan estimasi biaya konstruksi 5,5 miliar, namun kemudian membengkak menjadi 6,07 miliar dolar AS, dan kini membengkak lagi menjadi 7,97 miliar dolar AS (sumber: Gobel, Antara, 31 Oktober 2021 ).***

Exit mobile version