Site icon Konstruksi Media

ITS Bangkitkan Kesadaran Penggunaan Air Melalui Cycle for Waters

Konstruksi Media – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Ecotalk Series 6 bertajuk Environment and Water Awareness, bangkitkan kesadaran penggunaan air.

Ecotalk series tersebut diselenggarakan oleh Unit Pengembangan Smart Eco Campus ITS, yang diawali dengan bersepeda bersama dengan komunitas Cycle For Water dari bundaran ITS hingga titik singgah, Masjid Manarul Ilmi ITS.

Manajer Program Rekayasa Sosial Smart Eco Campus ITS, Ars Iwan Adi Indrawan ST M.Ars mengatakan kegiatan ini untuk menunjukkan inovasi Ablution Water Circulation.

Yang mana inovasi tersebut telah diterapkan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan kampus.

Inovasi tersebut telah diterapkan ITS selama kurang lebih satu dekade, di mana penerapannya adalah limbah air bekas wudhu yang dimanfaatkan dan diolah kembali hingga cukup bersih untuk menjadi air siram tanaman.

“Atas inovasi ini, Masjid Manarul Ilmi ITS berhasil memanfaatkan jutaan liter air sehingga tidak terbuang secara percuma,” ungkap Iwan Adi dalam keterangannya, sebagaimana diberitakan, Minggu, (26/3/2023).

Iwan Adi yang dosen Departemen Arsitektur tersebut menambahkan bahwa tujuan utama dari dilangsungkannya kegiatan ini ialah untuk membangkitkan kesadaran dan menumbuhkan rasa tanggung jawab akan penggunaan air secara tepat.

ITS Bangkitkan Kesadaran Penggunaan Air Melalui Cycle for Waters. Dok. ITS

“Diharapkan acara ini dapat memberikan dampak positif dan membuat masyarakat lebih perhatian terhadap lingkungan dan bijak dalam penggunaan air,” imbuh dia.

Sementara, Perwakilan Komunitas Cycle For Water, Petronille Sartorio menceritakan perjalanan dengan rekan setimnya. Saat ia berada di Flores, akses terhadap air minum sangat sulit ditemukan.

Sumber mata air letaknya sangat jauh dari pemukiman dan air yang didapat pun harus dimasak untuk bisa diminum.

“Ini merupakan salah satu bentuk ketidakmerataan akses air bersih yang saya lihat,” kata Petro.

Petro juga membagikan pengalamannya pada saat dirinya dan tim menyambangi New Zealand. Mereka melihat bagaimana air bersih dan sanitasi sangat dijaga dan memiliki akses yang sangat mudah.

“New Zealand menerapkan program three water services, saya rasa inovasi ini juga bisa diterapkan di Indonesia,” urainya.

Perempuan asal Prancis tersebut menjelaskan, inovasi three water services yang dimaksud memiliki tujuan untuk memastikan seluruh warga negaranya dapat menikmati layanan air minum, air limbah, dan air hujan yang aman, terjangkau, serta berkelanjutan.

ITS Bangkitkan Kesadaran Penggunaan Air Melalui Cycle for Waters. Dok. ITS

“Hal ini selaras dengan tujuan utama kita dalam menjaga air dan lingkungan,” tutur Petro.

Melihat kondisi yang ada, Petro menegaskan bilamana saat ini ketidakmerataan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan.

Hal ini pula yang mendasari komunitas Cycle For Water melakukan kampanye terkait akses air bersih dengan berkeliling di beberapa negara menggunakan sepeda.

“No water, no us,” beber dia menggunakan jargon yang mereka buat.

Manajer Senior Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya, Palupi Wikandari ST MSES menjelaskan, air bersih merupakan salah satu bagian dari human right.

Karena air adalah suatu hal paling esensial yang mendasari kehidupan manusia. Maka dari itu, akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik harus terpenuhi dalam jumlah dan kualitas yang memadai.

Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang sulit untuk bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang baik. Di Surabaya, untuk dapat mengakses air bersih warga harus membayar mulai dari biaya pemasangan saluran hingga tarif perbulan.

“Ini yang menjadi titik fokus kami agar air bersih bisa dinikmati semua kalangan,” beber dia.

Menjawab permasalahan tersebut, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dibentuknya program Master Meters. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses air PDAM di Kota Surabaya, khususnya untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang secara teknis dan administratif tidak dapat dilayani PDAM Surabaya.

Palupi menambahkan, di Surabaya tidak ada alternatif sumber daya air yang memadai baik secara kualitas dan kuantitas. Sehingga menjadikan akses air dari PDAM sebagai sumber utama. Hingga saat ini 99,9 persen wilayah di Surabaya sudah tersedia akses air bersih dan terlayani oleh PDAM.

“Atas pencapaian ini, diharapkan ke depannya semua masyarakat tanpa terkecuali bisa mengakses air bersih dengan mudah,” tutupnya.

Baca Artikel Selanjutnya :

Exit mobile version