Site icon Konstruksi Media

Pendapatan Anjlok, Angkasa Pura Optimis Skema Ini Bantu Keuangan Perusahaan

Konstruksi Media – Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, perusahaan mengalami tekanan yang cukup serius selama pandemi Covid-19. Menurutnya, penurunan trafik penumpang secara drastis berakibat pada penurunan jumlah pendapatan.

Pada tahun 2020, pendapatan PT Angkasa Pura I hanya mencapai 3,9 triliun, dibandingkan pendapatan pada tahun 2019 yang mencapai Rp 8,6 triliun.

“Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19, di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir,” ujar Faik dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (6/12/2021).

“Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I,” lanjutnya.

Faik menuturkan, kondisi itu diperparah dengan banyaknya aktivitas pengembangan proyek PT Angkasa Pura I yang berlangsung selama pandemi, di mana proyek-proyek tersebut menyerap banyak biaya pembangunan.

“Kondisi ini membuat PT Angkasa Pura I dihadapkan pada kewajiban membayar utang yang digunakan untuk proyek-proyek tersebut,” katanya.

Kendati dihadapkan dengan situasi sulit, Faik tetap optimis melaui skema restrukturisasi finansial dan operasional, PT Angkasa Pura I dapat meminimalisir dampak pandemi sekaligus memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan.

“Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fund raising,” ungkapnya.

“Hal yang menggembirakan adalah adanya kenaikan trafik penumpang di akhir-akhir ini hingga mencapai 129.000 pada 28 November lalu dari rata-rata trafik sebelumnya yang hanya hanya sekitar 55.000 – 60.000 per hari. Hal ini yang membuat optimisme kami terjaga,” sambungnya.

PT Angkasa Pura I juga mengambil upaya transformasi bisnis usaha guna mendorong pendapatan perusahaan. Salah satunya adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, dan Bandara Lombok Praya.

Selain itu juga melalui pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, serta mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok.

Total target restrukturisasi ini, menurut Faik, akan mencapai tambahan dana sebesar Rp 3,8 triliun, efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar, serta perolehan raising fund sebesar Rp 3,5 triliun.

“Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif,” pungkasnya.***

Exit mobile version