Site icon Konstruksi Media

Tiga Poin Penting Penandatanganan MoU PII dengan CSE Dalam Event CAFEO 41 di Bali

Konstruksi Media Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Chinese Society of Engineers (CSE) untuk membangun platform dialog dan pertukaran antara organisasi-organisasi teknik ASEAN dan komunitas teknik Tiongkok.

Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc., IPU., ACPE., ASEAN Eng., dan International Cooperation Committe Chairman of CSE Mingshan Lin dalam rangkaian event Conference ASEAN Federation of Engineering Organization (CAFEO) ke-41 di The Westin Bali, Kamis (23/11/2023).

Direktur Eksekutif PII Pusat Ir. Habibie Razak, IPU., APEC Eng., ACPE., CPEng., EngExec., IntPE(Aus) mengungkapkan, ide kerja sama MoU antara PII dengan CSE ini muncul beberapa bulan lalu, melalui AFEO Secretariat.

Baca juga: Harapan Megawati ke PII: Lahirkan Para Insinyur yang Bisa Menjadi Pelopor

Selain PII, pihak yang sebelumnya telah meneken MoU dengan CSE di antaranya, The Institution of Engineers Malaysia (IEM), Philippine Technological Council (PTE) dan beberapa member dari AFEO.

“PII juga tentunya tidak mau ketinggalan, dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa memang pemerintah dan pihak swasta China fokus untuk investasi di Indonesia,” kata Habibie Razak saat diwawancarai Konstruksi Media di The Westin, Nusa Dua, Bali, Kamis (23/11/2023).

Menurut Habibie, ketika berinvestasi ke Indonesia, maka mereka akan memobilisasi para insinyur-insinyurnya dari Tiongkok. Dengan demikian, para engineer dari China tersebut diharapkan bisa teregistrasi di bawah naungan PII, sebelum menggarap proyek.

“Jika ada insinyur dari luar negeri seperti Tiongkok, harapannya juga menjadi bagian dari keanggotaan PII,” tuturnya.

Baca juga: Hadiri CAFEO 41, Airlangga Hartarto Ajak Insinyur Se-ASEAN Kembangkan Kendaraan Listrik

Poin kedua dari kerja sama MoU ini, Habibie mengharapkan akan meningkatkan knowledge exchange dan technology exchange bagi engineer Nasional. Sebab, tak bisa dipungkiri bahwa teknologi keinsinyuran di Tiongkok, saat ini berkembang sangat pesat. Ia meyakini MoU antara PII dengan CSE akan memberikan benefit bagi para engineer Indonesia.

“Ketika kita bisa membentuk satu platform dalam rangka knowledge sharing, termasuk juga technology exchange, jadi teknologi yang mereka implementasikan di Tiongkok, juga bisa kita dapatkan, kita pelajari, kita bisa implementasikan di Indonesia,” ucapnya menjelaskan.

Poin ketiga inti dari MoU ini ialah PII melihat aspek business opportunity. Dalam hal ini PII bukan hanya sekadar sebagai wadah untuk meregistrasi para insinyur menjadi anggota asosiasi dan tersertifikasi sebagai insinyur profesional di PII.

“Saya rasa dengan MoU ini bisa memberikan kesempatan lebih banyak kepada para insinyur kita yang memang berbisnis di sektor keinsinyuran itu bisa menggunakan MoU dan kesempatan ini untuk working dengan teman-teman engineer dari China, melalui wadah MoU antara PII dan CSE,” ungkapnya.

Baca juga: Raih Distinguished Honorary Patron, Megawati: Saya Merasa Terhormat, Terima Kasih AFEO

Direktur Eksekutif PII Pusat Ir. Habibie Razak, IPU., APEC Eng., ACPE., CPEng., EngExec., IntPE(Aus) saat ditemui di The Westin, Bali. (foto: Morteza Syariati Albanna).

Berkaitan dengan isu mobilisasi engineer China bekerja di proyek Indonesia, PII mengharapkan para insinyur dari China tersebut ke depan, harus meminta izin terlebih dahulu kepada PII. Tentu, hal ini sesuai dengan poin-poin yang termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran.

Jadi, insinyur asing yang berpraktik keinsinyuran di Indonesia, harus memiliki surat tanda registrasi Insinyur atau harus memiliki izin praktik insinyuran dari asosiasi lokal, dalam hal ini dari PII.

“Maka itu, kita tidak mau mereka dengan serta merta masuk saja tanpa registrasi sebelumnya dengan PII. Ini undang-undang yang menyatakan seperti itu, yang mengamanahkan kepada PII untuk melakukan screening terhadap para insinyur asing yang akan berpraktik keinsinyuran di Indonesia,” tuturnya.

“Semisal satu insinyur China yang memiliki pengalaman keinsinyuran itu, bisa didampingi oleh beberapa insinyur Indonesia, sehingga pertukaran ide dan wawasan bisa terjadi antara insinyur kita dan insinyur dari China,” kata Habibie Razak memungkasi.

Exit mobile version