PROFIL

Lavita Nur’aviana Peraih Magister Teknologi Nano Pertama ITB dengan Predikat Sempurna

Konstruksi Media – Lavita Nur’aviana Rizalputri menjadi peraih gelar Magister Teknologi Nano pertama di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat sempurna atau cum laude. Lavita, sapaannya, mengembangkan sensor screen printed carbon electrode untuk mendeteksi dopamin tanpa menyakiti tubuh menggunakan emas berukuran nano.

Wanita kelahiran Bandung ini melakukan penelitian yang bermanfaat bagi dunia kedokteran. Pasalnya, dopamin bisa mengindikasi banyak penyakit, seperti Alzheimer dan Parkinson. Selama ini, cara yang dilakukan untuk memeriksa terbilang menyakitkan bagi tubuh.

Penelitiannya mengenai dopamin membuat Lavita menyandang gelar Magister Teknologi Nano pertama di ITB. Ia terpilih mewakili 2.049 wisudawan dalam menyampaikan ucapan perpisahan dan memimpin Salam Ganesa pada acara sidang terbuka wisuda ketiga ITB tahun akademik 2021-2022 di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Sabtu (23/7/2022).

Baca Juga:  Pagelaran ICEE 2023: Kompetisi, Pameran, Seminar dan Conference

Lavita menempuh pendidikan S2 pada 2020 dalam kondisi pandemi dengan perkuliahan yang berlangsung online dan penuh keterbatasan. Kondisi tersebut tidak menghalangi Lavita untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan studi.

Lavita Nur’aviana Peraih Magister Teknologi Nano Pertama ITB dengan Predikat Sempurna. Foto: Instagram/lavitanr

“Pas pertama masuk udah full online (kegiatan belajarnya). Ke laboratorium juga ga bisa. Sedangkan teknologi nano ini fokusnya ke riset. Jadi harus menyesuaikan kondisi saat itu. Untungnya, setelah satu semester ada kebijakan diperbolehkan masuk lab untuk pengerjaan tesis. Jadi untuk penelitian bisa balik normal lagi meskipun kelas tetap online,” kata Lavita mengutip laman ITB.ac.id, Senin (1/8/2022).

Lavita menceritakan mengenal dunia nano saat terlibat dalam riset bersama dosen ITB selama enam bulan pascakelulusannya dari Program Studi Sarjana Teknik Biomedis ITB. Di sana, dia bekerja sama dengan berbagai program studi, profesi, universitas, dan industri.

Baca juga: PUPR Tawarkan 26 Proyek KPBU pada 2023, SPAM IKN Salah Satunya

Baca Juga:  Ciriajasa CM: Kekeluargaan dan Profesionalisme

Dari situ, muncul kesadaran dalam diri Lavita akan pentingnya kolaborasi multidisiplin. Bersamaan dengan itu, ITB membuka Program Studi Magister Teknologi Nano untuk pertama kali pada 2020 yang mengusung konsep kolaborasi.

“Prodi ini di bawah Sekolah Pascasarjana ITB, gak di bawah fakultas/sekolah tertentu karena dosen-dosennya berasal dari berbagai fakultas. Di sini (Magister Teknologi Nano ITB), kami boleh riset apa pun. Selain itu, konsep kolaborasi juga ditekankan banget,” ucap Lavita.

Setelah menyandang gelar Magister Teknologi Nano, Lavita berencana melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi karena ingin memperdalam pengetahuan tentang teknologi nano. Namun, Lavita belum memutuskan untuk melanjutkan kuliah untuk meraih gelar S3 atau doktor bidang teknologi nano di kampus dalam atau luar negeri.

Baca Juga:  Kerja Sama dengan BPDPKS, ITB Kembangkan Bensin Sawit (Bensa)

Lavita memberikan beberapa tips bagi teman-teman mahasiswa yang saat ini masih berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya di ITB. Dalam kondisi apa pun (baik pembelajaran online maupun offline), kata dia, dilihat dari sisi baiknya saja, agar bisa memanfaatkan situasi yang ada dan cari cara bagaimana nyaman dalam belajar.

“Misalnya, pas online ketika dosen menjelaskan dan ada hal yang kita gak paham, kita bisa langsung searching untuk bisa dibaca setelah selesai kelas. Jangan lupa juga untuk reach teman-teman seperjuangan kita, jadi bisa bertanya kalau ada yang kurang ngerti,” ucapnya.

Baca artikel selanjutnya:

Reza Antares P

Come closer, I will tell you an interesting story

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button