INFOVokasi

Eks Dirjen Ketenagalistrikan ESDM Prof. Andy Sommeng Dinobatkan Jadi Guru Besar FT UI

Telaah Cara Antisipasi Risiko dan Kegagalan Sistemik Sistem Rekayasa Energi Kompleks, berkaca dari Kejadian Black Swan.

Konstruksi Media – Prof. Dr. Ir. Andy Noorsaman Sommeng, DEA, IPU dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI).

Sidang pengukuhan guru besar tersebut berlangsung di Makara Art Center UI Kampus Depok, (26/7/2023) lalu.

Yang mana Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., bertindak sebagai pimpinan dalam sidang tersebut.

Dalam pengukuhan Mantan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut, juga dihadiri oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia (RI), Dr. Isma Yatun, CSFA., CFrA.; Menteri ESDM RI periode 2016–2019, Dr. (H.C.) Ignasius Jonan, S.E., M.A.; dan Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Ir. Arcandra Tahar, M.Sc., Ph.D.

Prof. Andy Sommeng mengambil penelitian yang berjudul “Berpikir yang Tidak Terpikirkan: Kejadian Black Swan, Risiko dan Kegagalan Sistemik Sistem Rekayasa Energi Kompleks”.

Dalam penelitiannya, Prof. Andy mengulas tiga konsep yang ada dalam kecelakaan teknologi guna menyoroti pentingnya penelitian ilmiah dan manajemen pengetahuan dalam mengurangi bahaya dan mengantisipasi risiko teknologi pada industri berisiko tinggi.

Tiga konsep tersebut adalah kejadian black swan, risiko sistemik, dan kegagalan sistemik.

Menurutnya dia, kecelakaan teknologi pada industri risiko tinggi adalah ancaman bagi populasi, lingkungan, dan ekonomi. Kadang-kadang gagasan tentang peristiwa black swan diterapkan sebagai penjelasan kecelakaan yang tidak dapat dicegah, begitu pula kecelakaan teknologi yang dipicu oleh bahaya alam.

Baca Juga:  Rancang Gatot Tower, Mahasiswa UI Sabet Prestasi di Amerika Serikat

Padahal, tutur Prof. Andy, kecelakaan teknologi dapat diperkirakan dan dapat dicegah ketika risiko terkait dikelola secara bertanggung jawab dan ketika tanda-tanda peringatan tidak diabaikan.

Risiko sistemik adalah risiko yang terkait dengan kegagalan atau kerusakan pada sistem yang dapat menyebabkan dampak luas ke seluruh sistem atau pasar. Ini dapat terjadi karena keterkaitan antara berbagai aset atau institusi di dalam sistem tersebut.

Risiko sistemik biasanya lebih berbahaya daripada risiko yang hanya memengaruhi satu institusi atau aset saja, karena dapat menyebabkan krisis keuangan atau bahkan resesi ekonomi. Contoh dari risiko sistemik adalah krisis keuangan global pada 2008.

Adapun kegagalan sistemik adalah kegagalan pada sistem yang menyebabkan sistem tersebut tidak dapat berfungsi atau berhenti beroperasi sama sekali. Kegagalan ini karena beberapa faktor, yaitu kesalahan dalam perancangan sistem, kegagalan dalam proses produksi, atau perubahan lingkungan yang tidak terduga.

Contoh dari kasus ini adalah kegagalan sistem penerangan di seluruh kota karena pemadaman listrik yang besar atau kegagalan sistem pengiriman bahan bakar pada kapal yang menyebabkan kapal terdampar.

Baca Juga:  Jasa Marga Raih Penghargaan The Best Global Company

Sementara itu, kejadian black swan merupakan peristiwa yang tidak terduga, sangat langka, dan memiliki dampak yang sangat besar pada sistem atau lingkungan. Kejadian ini sulit diprediksi dan tidak dapat diperhitungkan dalam model risiko tradisional, sehingga sulit untuk diantisipasi dan diminimalkan.

Ketiga konsep ini saling terkait, karena kejadian black swan tidak hanya memicu kegagalan sistemik pada suatu sistem energi kompleks dan industri, tetapi juga sektor keuangan atau ekonomi.

Banyak ahli mengemukakan bahwa risiko sistem energi kompleks adalah jalan menuju lanskap risiko sistemik, karena sifatnya multi-hazard risk. Misalnya, gempa bumi di Jepang tidak hanya memicu kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima dan membuat tanah tidak dapat digunakan untuk hidup dan pertanian; tetapi juga merusak sejumlah besar fasilitas industri, menyebabkan pelepasan bahan kimia, kebakaran dan ledakan, serta memengaruhi rantai pasokan global karena hilangnya kapasitas produksi.

Oleh karena itu, para insinyur risiko harus turut membantu mengurangi potensi risiko sistemik dengan menahan kecelakaan sebelum efeknya menyebar ke sistem dengan cara yang tidak terduga.

“Akademisi dan praktisi teknik kimia memainkan peran penting dalam menciptakan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang manajemen kejadian abnormal dalam sistem rekayasa kompleks, dan implikasi kebijakan publik dan perusahaannya. Sangat penting bagi akademisi teknik kimia untuk menjawab tantangan dan tanggung jawab dalam mendorong pendidikan generasi insinyur kimia berikutnya dengan kepekaan yang lebih tinggi terhadap pentingnya keselamatan, keberlanjutan, dan etika,” terang Prof. Andy dalam pidato pengukuhannya.

Baca Juga:  Paraga Artamida Tambah Kepemilikan Saham Bumi Serpong Damai

Selain meneliti konsep kecelakaan teknologi, Prof. Andy juga melakukan beberapa penelitian lain, di antaranya Techno-Economic and Risk Assessments of Small-Scale LNG Distribution for Replacing Diesel Power Plant in East Part of Indonesia (2023);

Small Scale LNG Distribution Network for Energy Transition in Indonesia (2023); dan Machine Learning Algorithms for Failure Prediction Model and Operational Reliability of Onshore Gas Transmission Pipelines (2023). Prof. Dr. Ir. Andy Noorsaman Sommeng, DEA, IPU menamatkan pendidikan Insinyur Teknik Gas di Universitas Indonesia (1984); Master Teknik Kimia dan Komputer di University of Compiegne (1989); dan Doktor Teknik Kimia dan Komputer di Ecole Centrale, Paris (1993).

Baca Artikel Selanjutnya :

Related Articles

Back to top button