INFOKorporasi

SCG Umumkan Hasil Operasi Sepanjang Kuartal III 2022

Pada unit bisnis SCG Chemicals (SCGC), industri petrokimia telah mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir akibat tingginya biaya bahan baku dan terjadinya kelebihan pasokan.

Konstruksi Media – SCG, perusahaan terkemuka di ASEAN, umumkan hasil operasi sepanjang periode kuartal III 2022. Perusahaan menunjukkan kinerja yang solid, berkat manajemen likuiditas yang ketat dan investasi pada bisnis yang berpotensi tinggi dan berkelanjutan, meskipun terjadi penurunan penjualan dan laba disebabkan lonjakan harga energi global akibat dari konflik Rusia-Ukraina, perlambatan ekonomi global karena kenaikan suku bunga global, dan penurunan ekonomi Tiongkok pascapenerapan kebijakan Zero-Covid.

Pada unit bisnis SCG Chemicals (SCGC), industri petrokimia telah mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir akibat tingginya biaya bahan baku dan terjadinya kelebihan pasokan. Unit bisnis SCG Semen dan Bahan Bangunan (CBM) juga menghadapi lonjakan biaya energi. Kendati demikian, SCG Packaging (SCGP) berkinerja baik di tengah fluktuasi energi.

Baca Juga:  Eks Dirjen Ketenagalistrikan ESDM Prof. Andy Sommeng Dinobatkan Jadi Guru Besar FT UI

Presiden dan CEO SCG Roongrote Rangsiyopash mengatakan, hasil operasi SCG pada Q3/2022 dipengaruhi secara signifikan oleh kenaikan harga energi yang mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir. Konflik Rusia-Ukraina mengakibatkan peningkatan biaya energi pada industri petrokimia SCG secara signifikan dalam 20 tahun.

“Perlambatan ekonomi global juga terjadi akibat kenaikan suku bunga global dan semakin diperparah dengan pelemahan ekonomi China akibat Kebijakan Zero-Covid-nya,” kata Roongrote melalui keterangan tertulis yang diterima Konstruksi Media, Senin (31/10/2022).

Baca juga: Waskita Karya Cetak Laba Bersih Rp578 Miliar Sepanjang Kuartal III-2022

Hasil Operasi SCG Q3/2022 yang belum ditinjau mencatatkan pendapatan penjualan sebesar Rp58,31 triliun (US$ 3,91 miliar), turun 7% q-o-q, disebabkan melemahnya harga produk kimia imbas permintaan petrokimia yang menurun. Laba mencapai Rp1 triliun (US$ 67 Juta), menurun 75% q-o-q yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan distribusi bahan kimia, peningkatan biaya energi, serta dividen musiman yang lebih rendah.

Baca Juga:  Kementerian ESDM Ajak ERIA Kembangkan Kebijakan Transisi Energi di Indonesia

Namun, kata dia, pendapatan penjualan meningkat 8% secara y-o-y berkat kenaikan harga produk sejalan dengan pasar bisnis CBM (cement-building materials), serta unit bisnis SCGP (packaging/ kemasan). Secara y-o-y, laba berjalan mengalami penurunan 64% akibat persoalan yang sama.

Sepanjang Januari hingga September 2022, SCG mencatatkan pendapatan penjualan sebesar Rp188,64 triliun (US$ 12,92 miliar), meningkat 15% y-o-y. Peningkatan tersebut ditunjang peningkatan penjualan di seluruh unit bisnis, terutama dari peningkatan harga produk yang sejalan dengan pasar.

Laba pada periode sama berjumlah Rp8,95 triliun (US$ 613 juta), menurun 45% y-o-y akibat kenaikan biaya bahan baku dan energi serta pendapatan ekuitas yang lebih rendah pada unit bisnis Chemicals/ bahan kimia.

Baca Juga:  32 Perusahaan Raih Penghargaan Kematangan Budaya K3 dari WSO Indonesia

Selain itu, Pendapatan SCG di luar operasi Thailand, termasuk penjualan ekspor dari Thailand hingga September 2022 tercatat sebesar Rp85,65 triliun (US$ 5,87 miliar), atau sebanyak 45% dari total pendapatan penjualan, setara dengan periode yang sama di tahun lalu.

Baca artikel selanjutnya:

Reza Antares P

Come closer, I will tell you an interesting story

Related Articles

Back to top button