Hotel

Banyak Pasien Isolasi Mandiri, Saatnya Hotel Berinovasi

Konstruksi Media – Colliers International mengungkapkan pandemi Covid-19 membuat bisnis perhotelan turut terdampak. Untuk itu, pelaku bisnis perhotelan dituntut untuk terus berinovasi agar cash flow tidak terlalu buruk.

Salah satunya dengan melihat peluang isolasi mandiri dan karantina bagi warga yang terinfeksi virus Covid-19. Tapi, pelaku bisnis perhotelan harus bisa memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.

“Program paket isolasi mandiri dan karantina bisa memberikan pendapatan bagi hotel, meskipun belum belum cukup untuk membuat kinerja perhotelan kembali seperti semula,” ujar Senior Associate Director Research Colliers International, Ferry Salanto, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, program isolasi dan karantina mandiri di hotel bisa membuat cash flow tidak terlalu berat. Bahkan, ucapnya, program work from Bali yang dikampanyekan pemerintah atau work from anywhere tidak bisa mendongkrak kinerja hotel.

Baca Juga:  Nindya Karya Rambah Bisnis Staycation Dormitory di Bandung

Seperti diketahui, beberapa hotel di Jakarta membuka fasilitas isolasi mandiri bagi orang tanpa gejala (OTG) yang terpapar Covid-19.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta, jumlah hotel untuk isolasi mandiri mencapai 38 unit. Dari jumlah tersebut, hotel yang khusus menangani tenaga kesehatan ada sekitar 2-3 hotel.

Sementara itu, jumlah hotel yang digunakan untuk repatriasi WNI dan WNA di Jakarta sebanyak 64 unit.

Ferry menuturkan perhotelan menjadi salah satu sektor properti yang terdampak PPKM darurat karena membuat kegiatan yang dilakukan di hotel menjadi terbatas.

Kedatangan wisatawan yang menginap, kegiatan pemerintah, serta meeting, incentives, conference, and exhibitions (MICE) pun belum mampu meningkatkan kinerja hotel di tengah pandemi Covid-19.

“Mereka yang memiliki tingkat penghasilan cukup baik bisa memilih isolasi mandiri di hotel. Ini memang harus dilakukan hotel, karena memang pasarnya ada,” imbuhnya.

Baca Juga:  OYO Torehkan Rekor Jumlah Pelanggan Korporat Sepanjang 2022

Selain itu, ia menambahkan pelaku bisnis perhotelan juga bisa membuat hotel tetap dapat digunakan selama masa pandemi ini seperti, program hybrid meeting atau rapat hibrida. “Beberapa hotel sudah mulai memfasilitasi hybrid meeting,” katanya.

Dia memaparkan konsep rapat hibrida itu adalah salah satu kegiatan pertemuan yang digelar di hotel, tetapi peserta bisa hadir di hotel atau hadir secara daring. Dengan demikian, lanjutnya, maka sebenarnya hotel juga tidak memerlukan ruangan yang luas karena sebagian peserta juga tetap berada di luar bangunan fisik hotel.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalimantan Barat Yuliardi Qamal mengungkap sejumlah strategi yang dilakukan hotel agar bisa bertahan di tengah aturan Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PKKM) mikro hingga 20 Juli mendatang.

Baca Juga:  OYO Sediakan Modal Investasi Bagi Mitra untuk Standarisasi Properti di Indonesia

Yuliardi yang juga General Manager Hotel Maestro, Pontianak ini mengaku menerapkan sistem shifting atau selang-seling bagi pekerjanya.

“Ini saya saja sudah merumahkan karyawan saya. Ini untung saja, karyawan saya sama-sama paham, mereka masuk ada yang selang-seling. Jadi seminggu masuk, seminggu gak, yang seperti itu,” katanya.

Selain sistem selang-seling, kata Yuliardi, ada hotel yang membayar upah para pekerjanya dengan jumlah yang sama. Mulai dari general manager hingga karyawan dibayar sesuai UKM Pontianak sebesar Rp2.399.698.

Tak hanya itu, ada pula hotel yang menjual propertinya untuk tetap bertahan di era Covid-19 ini. Menurutnya, jika kondisi seperti sekarang terus terjadi tak bisa dipungkiri hotel akan kolaps karena tak ada biaya operasional.

“Ini kalau kejadian terus-menerus sampai setahun ke depan, ini bukan mati karena covid-19, kami mati karena penerapan yang seperti ini,” tambahnya.***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button