Product

Kemenperin Kembangkan Industri Material Penopang Infrastruktur

Konstruksi Media – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya di Kementerian terus mendorong pengembangan dan daya saing industri material sebagai sektor yang menopang pembangunan infrastruktur dan properti di Tanah Air.

“Pemerintah saat ini memprioritaskan sektor konstruksi publik untuk pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional,” ujar Agus dalam keterangannya dikutip pada Rabu, (28/7/2021).

Agus mengungkapkan, salah satu kegiatan kritikal yang tetap berjalan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah sektor konstruksi atau infrastruktur publik. Artinya, kata Agus, industri penunjangnya juga perlu dijaga aktivitas produksinya agar bisa memenuhi pasokan bahan bakunya.

“Indonesia mempunyai potensi besar dalam memacu kinerja industri penunjang pembangunan infrastruktur dan properti. Misalnya, dengan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, yang juga ditopang melalui pemanfaatan teknologi terbaru,” katanya.

Baca Juga:  AC Daikin Bakal Bangun Pabrik di Indonesia, Investasi Rp 3,3 Triliun

“Indonesia negara yang memiliki sumber daya alam dan potensi yang besar untuk membangun negeri sendiri. Saat ini, kami mendorong industri-industri material tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri hingga untuk permintaan ekspor,” sambungnya.

Ia menyebutkan, kemampuan industri semen di tanah air sudah cukup kompetitif dengan jumlah produksi yang mencapai 64,83 juta ton pada 2020. Adapun utilisasi industri semen mencapai 56 persen, dengan konsumsi semen sebesar 62,72 juta ton dan ekspor semen menembus 1,09 juta ton pada tahun lalu.

“Kami melakukan moratorium pembangunan pabrik semen baru kecuali untuk wilayah timur Indonesia. Kami juga ingin menjaga investasi para pelaku industri semen,” ungkapnya.

Berikutnya, industri beton pracetak dan prategang yang memiliki kapasitas produksi sebesar 44,8 juta ton per tahun dengan jumlah produksi sebanyak 11,2 juta ton per tahun. Selain itu, ada industri mortar yang memiliki kapasitas sebesar 3,7 juta ton per tahun dan industri beton ringan yang memiliki kapasitas sebesar tujuh juta meter kubik per tahun.

Baca Juga:  WSBP Suplai Produk Proyek Infrastruktur Perairan Sebesar Rp2,67 Miliar

“Indonesia juga memiliki keunggulan di industri ubin dan keramik. Kita harus bangga bahwa keramik produksi dalam negeri memiliki keunggulan dari segi kualitas, tipe, desain atau motif, serta adanya dukungan ketersediaan bahan baku,” tuturnya.

Kapasitas produksi industri ubin keramik saat ini sebesar 8,63 juta ton, dengan jumlah produksi sebanyak 6,4 juta ton pada periode Januari-Mei 2021. “Utilisasinya mencapai 75 persen sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri,” imbuhnya.

Di samping itu, sektor yang mampu mendukung pembangunan infrastruktur dan properti, yakni industri kaca lembaran dengan kapasitas produksi saat ini sebesar 1,3 juta ton dan jumlah produksi sebanyak 585,37 ribu ton pada Januari-Juli 2021.

“Bahkan, kita mampu memproduksi aspal, dalam hal ini aspal buton. Kita memiliki kapasitas produksi sebesar 2,03 juta ton per tahun, yang berasal dari 16 pabrik produsen aspal Buton Indonesia,” katanya.

Baca Juga:  Agus Gumiwang Groundbreaking Industri Sel dan Panel Surya Terintegrasi Pertama di Indonesia

Agus menambahkan, papan gypsum juga menjadi salah satu material yang penting untuk pembangunan infrastruktur dan properti. “Kita memiliki industri papan gipsum yang kompetitif. Tercatat pada 2020, kebutuhan dalam negeri untuk papan gypsum sebesar 98 juta meter persegi per tahun,” tuturnya.

Kapasitas industri papan gypsum terpasang sebesar 238 juta meter persegi per tahun dan realisasi produksinya sebanyak 120 juta meter persegi per tahun sehingga utilisasinya sekitar 50 persen. Hal ini dinilai menjadi peluang besar untuk dapat lebih banyak menyerap produk pada sektor industri ini.

“Indonesia juga punya kemampuan di sektor industri baja. Kapasitas pada produk industri baja rata-rata lebih tinggi dari kebutuhan domestik. Namun demikian, tantangan ke depan adalah bagaimana penggunaan produk dalam negeri dapat lebih ditingkatkan kembali,” pungkasnya.***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button