Jalan

Soroti Proyek MRT Fase 2, Pakar Ini Sebut Traffic Deck Pemborosan

Konstruksi Media – Di dunia kontruksi, value engginering sangat diperlukan untuk bisa melihat lagi apakah sudah betul pembangunan infrastruktur sudah berdasarkan prinsip efisinsi, penghematan dan efektifitas.

Ketua Alumni Doktor Tekhnik Sipil Universitas Tarumanagara, Haris Muhammadun menyampaikan bahwa ditengah situasi pandemi Covid-19, anggaran negara atau daerah banyak terkontraksi pada kebutuhan kesehatan dan ekonomi.

Meski begitu, pembangunan Infrastruktur menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam mendongkrak sektor ekonomi saat ini.

“Bagaimana para pelaku kontruksi, baik itu pemerintah maupun pelaku usaha yang lain bisa melaksanakan efisiensi, bisa melaksanakan efektifitas, bisa melakukan penghematan dalam melaksanakan pengambangan infrastruktur. Karena secara umum APBD dan APBN terkontraksi dengan adanya Covid-19,” ujar Haris saat menjadi pembicara pada acara webinar bertajuk ‘Geliat Infrastruktur DKI Saat Pandemi’ yang digelar oleh Kontruksimedia pada Senin (23/8) kemarin.

Baca Juga:  Dukung Logistik Nasional, DTKJ Sebut Tata Kelola Integrasi Transportasi Harus Dilakukan

Lebih lanjut Haris menyontohkan metode yang digunakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam proyek pembangunan MRT Fase 2 CP 202.

Haris menilai, metode Traffic Deck yang digunakan pada proyek stasiun Harmoni, Sawah Besar dan Mangga Besar ternyata memerlukan waktu 94 bulan. Padahal, kata Haris, jika tanpa metode tersebut, Pemprov DKI bisa lebih menghemat waktu dan anggaran.

“Nah tanpa Traffic Deck bisa dikerjakan dalam waktu 84 Bulan. Tentunya ada konsekuensi dari dua pilihan ini, kalau menggunakan Traffic Deck, biayanya bertambah. Karena waktunya juga ada tambahan pembangunan Traffic Deck yang mesti dilakukan yakni pengalihan arus pada saat melakukan kontruksi,” katanya.

Dengan pembangunan Traffic Deck, kata Haris, maka harus membangun sepanjang 1246 meter. Sementara tanpa Traffic Deck, maka hanya ada pembangunan untuk perlintasan arus saja yakni hanya 90 meter.

Baca Juga:  Dewan Transportasi Kota Jakarta Award 2022, Berikut Pemenangnya

“Pembangunan Traffic deck 90 meter jauh lebih efisien. Setelah dihitung-hitung rata-rata akan menghemat sekitar 500 Miliar,” ungkapnya.

Selain itu, ucap Haris, metode traffick deck juga berimplikasi terhadap lalu lintas kendaraan sehingga dimungkinkan akan menyebabkan kemacetan yang tinggi.

Untuk itu, ia mengimbau Pemprov DKI mengkaji kembali metode kontruksi yang akan digunakan dalam pengerjaan kontruksi guna lebih menghemat waktu dan anggaran.

“Ini sangat penting agar 500 Miliar ini bisa digunakan untuk kepentingan lain. Kalau tanpa traffic deck, dampak kemacetan tidak separah menggunakan Traffic Deck,” tandasnya.***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button