Air

Warga Sumedang Terdampak Waduk Dapat Bangunan ‘Kadeudeuh’ Dari Pemprov Jabar

Pengembangan pariwisata Jatigede adalah ‘kompensasi’ bagi warga Sumedang

Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.

Konstruksi Media – Warga terdampak genangan air di kawasan waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang sedikitnya bisa tersenyum bahagia. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah menggarap Pembangunan masjid dan menara Kujang.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, pembangunan di kawasan Jatigede itu dimaksudkan sebagai “kadeudeuh” bagi warga yang rumahnya tergenang air waduk dan harus pindah ke tempat lain.

“Pengembangan pariwisata Jatigede adalah ‘kompensasi’ bagi warga Sumedang yang harus pindah akibat pembangunan infrastruktur (waduk Jatigede),” ujar Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil di Bandung, Selasa (25/5/2021).

Baca Juga:  Dibangun Nindya Karya, Underpass Depok Diresmikan Gubernur Jabar

Emil mengungkapkan, pembangunan pariwisata akan menghidupkan perekonomian daerah di mana saat ini warga setempat relatif tidak menikmati kehadiran waduk tersebut kecuali pemandangan indahnya saja.

“Nanti akan hadir ribuan lowongan kerja di KEK pariwisata, jika disetujui (pemerintah pusat),” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumedang Herman Suryatman menyampaikan bahwa ide pembangunan masjid dan menara kujang merupakan rencana lama yang muncul sebelum pandemi Covid-19.

Menurutnya, proyek nasional Waduk Jatigede prosesnya berjalan selama puluhan tahun mulai dari rencana 1963, ganti rugi lahan yang memakan energi besar masyarakat, hingga dampak sosial seperti kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.

Kini setelah waduk itu jadi, warga 52 desa di lima kecamatan yang menjadi lokasi waduk tidak mendapatkan manfaat apa-apa. “Masyarakat sekitar Jatigede layak mendapatkan ini sebagai ganti atas pengorbanan mereka,” kata Herman.

Baca Juga:  Demi Ketahanan Pangan dan Air, Kementerian PUPR Selesaikan 42 Bendungan pada 2015-2023

Herman menegaskan, Waduk Jatigede sungguh ironis karena benefitnya seperti pengairan, pengendali banjir, dan listrik justru dinikmati warga di luar Sumedang seperti Majalengka, Indramayu, Cirebon. Sementara saat ini, ujar Herman, warga sekitar Jatigede masih terkategori daerah tertinggal.

“Sumedang sendiri tidak dapat apa- apa. Air baku tidak ada, keramba jaring terapung tidak boleh. Jatigede itu kantong kemiskinan, tugas kami menyejahterakan rakyat. Kami perlu terobosan dan diferensiasi, satu- satunya solusi menanggulangi kemiskinan (di Jatigede) itu pariwisata,” ungkapnya.

Herman menuturkan, Pemda Sumedang sangat memahami perbedaan reaksi dari masyarakat yang menganggap tidak sensitif dengan keadaan saat ini. Namun, kata Herman, pihaknya meminta masyarakat memahaminya dengan lebih komprehensif dan rasional.

Baca Juga:  10 Mahakarya Arsitektur Rancangan Ridwan Kamil yang Mendunia

Menurutnya, pandemi Covid-19 memang menjadi masalah utama saat ini tapi bukan berarti pembangunan infrastruktur pariwisata berhenti. Pembangunan dari sekarang adalan ancang- ancang Sumedang untuk menyongsong kehidupan setelah pandemi.

“Pascapandemi nanti akan ada booming pariwisata. Karena masyarakat seperti ‘kuda leupas tina gedogan’, kita harus siap,” tuturnya.

Diketahui, konsep wisata di Jatigede sendiri akan menggabungkan aspek religi melalui masjid, budaya melalui menara kujang, serta sentuhan teknologi informasi melalui jehadiran museum Jatigede.

Saat ini, proyek senilai Rp100 miliar dari bantuan keuangan Pemda Provinsi Jabar sedang memasuki tahap lelang dan akan mulai dibangun Juni 2021. Selain menggagas ide, Emil juga yang akan mendesain menara kujang dan masjid tersebut. ***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button