Product

Butuh Kabel Laut Untuk Wujudkan Nusantara Super Grid

Konstruksi Media – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, Pemerintah terus berupaya menggenjot bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Salah satunya melalui konsep Nusantara Super Grid yang merupakan gagasan interkoneksi kelistrikan antar pulau di Indonesia.

Menurutnya, wacana interkoneksi antar pulau merupakan solusi yang potensial dalam rangka meningkatkan pengembangan EBT. Khususnya dengan tetap menjaga kestabilan dan keamanan sistem kelistrikan.

“Dengan adanya super grid ini, jaringan listrik antar pulau besar akan saling terhubung. Sehingga memungkinkan untuk setiap wilayah dapat melakukan ekspor-impor listrik yang bersumber dari sumber energi terbarukan,” ujar Ego dalam diskusi secara virtual, Rabu (7/7/2021).

Baca Juga:  Gandeng USAID, PLN Percepat Transisi Energi Bersih di RI

“Ini memungkinkan setiap wilayah untuk mengimpor dan mengekspor pasokan listrik di saat adanya krisis kekurangan atau kelebihan energi berbasis EBT,” sambungnya.

Sementara itu, founther Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) Eddie Widiono menilai konsep Nusantara Super Grid sangat tepat untuk Indonesia sebagai negara kepulauan. Khususnya untuk di Indonesia timur dengan pusat beban yang berada di Indonesia barat.

“Oleh karena itu kami mendorong pemikiran Nusantara Super Grid. Dengan suatu pemikiran Nusantara Super Grid ini salah satu objektifnya untuk mengintegrasikan sumber-sumber renewable energy,” kata Eddie.

Eddy mengakui, pemerintah telah memasukkan program interkoneksi sebagian dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang saat ini masih dibahas. Namun khusus untuk Nusantara Super Grid masih dalam tahap penggodokan.

Baca Juga:  Brantas Energi Siap Dukung Target EBT 23 Persen 2025

Akan tetapi, menurut Eddie, untuk membangun konsep Nusantara Grid di Indonesia, dibutuhkan biaya yang cukup besar. Setidaknya perlu investasi puluhan miliar dolar untuk merealisasikan gagasan tersebut.

“Tantangan yang harus kita pecahkan, dan kita harus mencari keekonomian yang kita bangun. Nusantara Grid akan butuh industri penunjang seperti kabel laut,” katanya.

Meski demikian, yang perlu diperhatikan yakni terkait kesiapan industri dan kesiapan sistem yang akan dibangun, terutama terkait transmisi daya arus searah tegangan tinggi atau high voltage direct current (HVDC) sebagai sistem yang interkoneksi.

Penggagas Nusantara Super Grid, Pekik Argo Dahono menilai tantangan dalam implementasi pembangunan Nusantara Super Grid sebenarnya bukan terletak pada sisi teknologi dan pembiayaan, melainkan pada kesiapan industri penunjang dan SDM dalam negeri.

Baca Juga:  Kolaborasi PLN dan IPP, Percepat Proses Transisi Energi

“Industri yang bergerak untuk pengembangan Super Grid di Indonesia saat ini masih belum banyak. SDM yang ahli di bidang ini juga masih rendah. Universitas yang melakukan penelitian untuk pengembangan Super Grid pun masih sangat sedikit,” pungkas Pekik.***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button