Investasi

Dana Infrastruktur Capai Rp417 Triliun, Jabar Urutan Ketiga

Konstruksi Media – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat Herawanto mengatakan, pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6 persen hingga 2022. Hal ini disampaikan dalam Infrastruktur Forum yang digelar BUMN Center Unpad, Minggu (15/8) kemarin.

Untuk mengejar pencapaian itu, kata Herawanto, infrastruktur Indonesia harus digenjot lagi. Saat ini, peringkat infrastruktur Indonesia peringkat 57 di dunia. Alokasi pembangunan infrastruktur hingga Rp 417 trilliun diharapkan bisa terdistribusi ke Jabar.

“Ekonomi Jabar berada di urutan ketiga terbesar di Indonesia. Infastruktur Jabar menjadi kunci pendorong ekonomi nasional. Jika anggaran Rp 417 triliun terealisasi ke Jabar, bisa memberi PDRB sampai 0,45 persen. belum lagi multiplayer efek lainnya dan memberi dampak jangka panjang,” ujar Herawanto dikutip pada Senin (16/82/2021).

Baca Juga:  Bank Dunia Sebut Investasi Swasta Turun 56 Persen Di Negara Berkembang

Lebih lanjut Herawanto menuturkan, pemerataan pembangunan infrastruktur antara utara dan selatan Jabar harus merata. Kawasan selatan Jabar harus dipercepat.

Kawasan itu memiliki potensi pariwisata dan agribisnis. Namun untuk pengembangan Jabar selatan perlu dukungan infrastruktur, seperti pusat distribusi dan pelabuhan. Kemudian pembangunan jaringan telekomunikasi untuk pengembangan pariwisata.

Untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur di Jabar terutama wilayah selatan, Herawanto merekomendasikan beberapa hal.

“Pertama dari sisi pembiayaan perlu didorong creative financing dengan skema pembiayaan memanfaatkan bank lokal dan asing. Kemudian sinergi antar stakeholder dengan dibentuk gugus tugas untuk mengatasi berbagai persoalan di lapangan seperti pembebasan lahan dan lainnya,” kata Herawanto.

“Terakhir pengelolaan ekonomi kawasan konservasi berbasis teknologi,” lanjutnya.

Baca Juga:  BI Optimis Transaksi Bank Digital Tumbuh Signifikan

Sementara itu, Direktur Utama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), Wahid Sutopo mengatakan, saat ini pihaknya terlibat dalam 12 proyek infrastruktur. Salah satunya pada proyek logistik dan transportasi dengan nilai Rp 116 triliun.

Ia menyebutkan, salah satu proyek yang dikerjakan adalah pembangunan tol. Sebab akses tol akan memberi dampak cukup besar dan efisiensi bagi masyarakat.

“Seperti tol Cileunyi-Tasik walaupun investasinya Rp 50 triliun, tapi ini akan memberi akses lebih luas untuk wilayah selatan Jawa Barat,” kata Wahid.

Staf Khusus Kemenhub RI Otto Ardianto mengatakan, sebelum pandemi laju pertumbuhan transportasi dan pergudangan sampai 5 persen.

Namun saat pandemi turun cukup besar, seperti sektor transportasi turun hingga 31 persen. Sehingga, ke depan, perlu ada solusi untuk mempercepat sektor transportasi logistik ini, terutama pascapandemi.

Baca Juga:  Indonesia-Malaysia Kuatkan Transaksi Mata Uang Lokal, Termasuk Valas

“Beberapa kendala logistik saat ini yaitu persoalan infrastruktur yang mesti terkoneksi dengan pelabuhan dan bandara. Kemudian persoalan komoditas, penyedia jasa logistik, regulasi dan birokrasi, serta sistem informasi rantai pasok yang baik,” katanya.

Dia pun menekankan, pemerintah tidak hanya membangun infrastruktur tapi membangun integrasi antar moda sehingga bisa terhubung.

“Walaupun kebutuhan investasi sektor transportasi mencapai Rp 1.300 triliun. Sementara akibat pandemi menyebabkan dana hanya terealisasi sekitar Rp 266 triliun, sehingga dibutuhkan skema pembiayaan lainnya,” pungkas Otto.

Diketahui, kebutuhan investasi infrastruktur di Indonesia mencapai Rp 4700 triliun. Dikatakan bahwa Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan itu pemerintah perlu membuat skema pembiayaan lainnya.***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button