Oil & Gas

Proyek GRR Tuban Diyakini Tekan Impor Migas

Konstruksi Media – PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) melakukan percepatan pembangunan proyek kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban.

Presiden Direktur PT PTPP, Kadek Ambara Jaya mengatakan, pihaknya telah melakukan pembahasan desain rinci bersama Spanish Tecnicas Reunidas SA (Tecnicas Reunidas).

Kick-off meeting untuk membahas desain rinci (Front End Engineering Design/FEED) diselenggarakan secara daring pada April lalu bersama Tecnicas Reunidas, menyusul telah tuntasnya desain dasar (Basic Engineering Design/BED) pada awal tahun 2021.

“Progres pekerjaan FEED hingga akhir Juni 2021 telah mencapai aktual 8,96% dibanding rencana di angka 3,53%,” ujar Kadek dalam keterangan tertulis yang dikutip, Kamis (1/7/2021).

Baca Juga:  Menteri ESDM dan Pertamina Tinjau Pasokan BBM di Kalimantan

Menurutnya, Tecnicas Reunidas merupakan konsultan pelaksanaan kegiatan desain umum (General Engineering Design/GED). Dalam tahapan FEED, Tecnicas Reunidas mendapatkan kepercayaan untuk mengembangkan desain open-art units, sistem off-site dan utilities, pengawasan dan integrasi desain secara keseluruhan, termasuk data desain dari licensor (pihak pemberi lisensi).

Dikatakan Kadek, FEED merupakan salah satu milestone penting dalam proyek pembangunan kilang GRR Tuban. Dari FEED ini, diharapkan didapatkan gambaran secara spesifik terhadap peralatan kilang dan infrastruktur yang akan dibangun di kilang GRR Tuban.

“Progres lainnya adalah terkait aktifitas fisik pekerjaan Land Clearing Tahap 3, yang pada pertengahan Juni ini telah mencapai realisasi sekitar 35% dari target di angka 28%,” kata Kadek.

Baca Juga:  Operasikan 12 Storage Baru, Pertamina Jaga Ketahanan Energi Wilayah Timur

Kilang GRR Tuban nantinya dikembangkan dan dikelola oleh PT PRPP, sebagai perusahaan joint venture antara perusahaan minyak dan gas bumi Indonesia PT Pertamina (Persero) dengan Rosneft Singapore Pte Ltd yang merupakan afiliasi perusahaan migas Rosneft asal Rusia.

Proyek kilang ini diharapkan rampung pada tahun 2027 dan dapat menjadi jawaban atas isu pemenuhan energi nasional. Apabila tidak ada pembangunan kilang baru, maka impor BBM Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 0,53 juta barel per hari (bph) menjadi 1 juta bph atau setara dengan 68% kebutuhan energi nasional.**

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button