Electricity

Warga Cirata Khawatirkan Dampak Lingkungan Proyek PLTS Terapung Raksasa

Konstruksi Media – Camat Cipeundeuy Heri Kemaluan mengakui proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) raksasa di perairan Waduk Cirata di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB) masih minim sosialisasi.

Menurutnya, warga sekitar lokasi proyek resah dan khawatir proyek yang dibangun dengan anggaran lebih dari Rp1,8 triliun itu berdampak buruk terhadap kenyamanan hidup mereka.

“Proyek itu adalah proyek besar, kerja sama Indonesia dan UEA, tapi untuk ke masyarakat di Kecamatan Cipeundeuy, sosialisasinya masih minim. Masyarakat banyak yang nanya, kami juga tidak bisa menjelaskan,” kata Heri kepada wartawan, kemarin.

Baca Juga:  Konsumsi Listrik Oktober Pecah Rekor, PLN: Tumbuh 4,7 Persen

Heri mengemukakan, peroyek tersebut akan berada di atas genangan PLTA Cirata, yang mencakup wilayah Kecamatan Cipeundeuy, KBB, dan Kecamatan Maniis, Purwakarta. Wilayah KBB yang akan bersinggungan langsung dengan proyek itu, empat desa, yakni Ciroyom, Margalaksana, Sirnagalih, dan Ciharashas. 

Kemungkinan, ujar Heri, akses di empat desa itu akan menjadi pintu masuk bagi alat-alat berat sehingga harus dipehitungkan dampak kerusakan jalan yang ditimbulkan. Belum lagi soal kajian Amdalnya seperti apa dan limbah yang ditimbulkan, semua itu masyarakat perlu mengetahui. 

“Jangan sampai nanti masyarakat yang jadi korban. Sekarang aja belum ada PLTS Cipeundeuy sudah panas, apalagi kalau ada PLTS, bisa lebih panas lagi,” ujarnya 

Baca Juga:  Tingkatkan Pasokan Listrik, RUPTL PLN Batam Resmi Disahkan

Persoalan lainnya, kata Heri, penggunaan genanangan Waduk Cirata untuk PLTS jangan sampai memberangus total keberadaan kolam jaring apung. “Kalau semua KJA disana dibabat habis, kemana warga mencari penghidupan (kerja). Ya, kehadiran PLTS jangan memunculkan pengangguran baru,” tutur Heri.

Ketua Pusat Kajian Politik Ekonomi dan Pembangunan (Puskapolekbang) Jawa Barat Holid Nurjamil mengatakan, investasi yang dikucurkan anak perusahaan PT PLN, yakni PT Pembangkit Jawa-Bali Investasi (PJBi) dengan Masdar, perusahaan BUMN milik UEA, sangat besar. 

“Melalui konsorsium PT Pembangkitan Jawa-Bali Masdar Solar Energi (PSME), pembangunan PLTS Terapung di Cirata akan menelan anggaran 129 juta Dolar AS,” kata Holid.

Namun sayangnya, kata Holid, besarnya investasi tidak diimbangi dengan sosialisasi masif. Bahkan sejak diluncurkan tahun lalu dan akan dibangun awal 2021, belum ada sosialisasi intensif ke masyarakat. Sehingga publik bisa menilai, apakah pembangunan PLTS ini berwawasan lingkungan atau tidak.

Baca Juga:  Kado Merdeka Untuk Sukabumi, PLN Sukses Listriki 176 Warga di Desa Nangela

“Masyarakat harus tahu sejauh mana konsorsium PSME mematuhi Paris Agreement terkait konfrensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2015. Selain itu tanggung jawab sosial perusahaan juga harus dilaksanakan jangan asal bangun,” ujar Holid. ***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button