EVENT

Seminar Nasional Baja Ringan, INKINDO Beri Pandangan Soal Atap Bangunan Gedung Roboh

Kejadian atap roboh pada bangunan gedung yang menggunakan baja ringan disebabkan lantaran pengaplikasiannya yang tidak sesuai SOP.

Konstruksi Media – Ketua DPP INKINDO Jawa Tengah Thomasonan Lutfie menyebut penggunaan baja ringan dalam bangunan gedung di Indonesia saat ini hampir menyeluruh. Bahkan sangat jarang menggunakan material lain seperti kayu.

Disamping lebih praktis, baja ringan juga memiliki kekuatan setara dengan baja konvensional.

Dalam seminar nasional yang digagas oleh Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (UNTAG), bertemakan “Ada Apa dengan Baja Ringan?”, Thomason memberikan pandangan sebagai akademisi dan juga sebagai praktisi.

“Saya harapkan teman-teman dari vendor bisa memahami apa yang kami sampaikan dan dapat langsung ditanggapi, serta bagaimana strategi kita agar masyarakat bisa memakai dan mempercayai produk baja ringan,” ungkap Thomason, Selasa, (18/7/2023).

Dia menjelaskan bahwa baja ringan adalah baja berkualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, akan tetapi kekuatannya tidak kalah dari baja konvensional.

Di pasaran umum ketebalannya berkisar 0,20 sampai 2,00 mm. Variasi ketebalan yang ditentukan oleh fungsi, seberapa besar beban yang ditopang dan ukuran bentang baja itu sendiri.

Untuk diketahui definisi baja ringan sendiri merupakan rangka baja yang menggunakan plat baja tipis yang profil. Baja ringan adalah baja yang bersifat ringan dan tipia, akaj tetapi kekuatannyabtidka kalah dengan baja konvensional.

Pelat baja tipis berupa lembaran baja yang berasal dari gulungan baja yang disebut coil. Coil merupakan bahan untuk membuat baja ringan.

Baca Juga:  Pesan Rektor UNTAG Semarang di Seminar "Ada Apa dengan Baja Ringan?"

Dia menyebut ada beberapa kelebihan menggunakan rangka atap baja ringan untuk rumah salah satunya yakni ringan. Ringan berarti berat dari material rangka ini cukup ringan sehingga lebih mudah untuk dipasang.

Tentunya ini akan sangat berpengaruh pada waktu pemasangan serta biaya pekerjaan yang juga mempengaruhi biaya pembuatan atap tersebut. Adapun berat material ini kurang lebih sekitar 9 kg per meter persegi.

Baca Juga : Pesan Rektor UNTAG Semarang di Seminar “Ada Apa dengan Baja Ringan?”

Tak hanya ringan, baja ringan juga kuat, sehingga tidak perlu khawatir meskipun beratnya ringan namun ternyata material ini memiliki kekuatan yang sangat baik.

Baja ringan tahan terhadap berbagai cuaca yang ekstrem dan tahan karat sehingga lebih tahan lama. Tentunya ini menjadi keunggulan tersendiri dibandingkan atap dari bahan lain seperti kayu maupun baja konvensional.

Selanjutnya, penggunaan baja ringan juga dspat dibentuk apa saja sesuai dengan keinginan pelanggan, meskipun dengan desain yang sulit sekalipun.

Marketing Specialist PT Sunrise Steel dalam Seminar Nasional “Ada Apa dengan Baja Ringan?”. Dok. Tangkapan Layar

Kasus Atap Baja Ringan Roboh

Berawal dari kejadian atap baja ringan yang rubuh di SD Negeri Palebon 01, Semarang Jawa Tengah. Hal ini membuat dinas pendidikan Kota Semarang akan mengevaluasi gedung sekolah yang menggunakan baja ringan sebagai kerangka atapnya.

Baca Juga:  IPW Seleksi 400 Proyek Properti, Cari Jawara Golden Property Award

Pasalnya terdapat empat ruamg kelas di SD Negeri Palebon 01 tersebut mengalami kejadian roboh yang diakibatkan karena cuaca ekstrim, hujan lebat yang mengguyur wilayah Kota Semarang.

Menurut, Thomason, banyak produk baja ringan yang memiliki spesifikasi sangat baik. Namun faktanya dilapangkan masih terdapat produk baja ringan yang memiliki kualitas dibawah standar, meskipun mereka memiliki cap ataupun sertifikat laik dari kementerian terkait.

“Untuk itu kita mesti cermat dalam memilih dan mengaplikasikan baja ringan di atap bangunan gedung,” imbuhnya.

Dirinya meminta kepada para produsen baja ringan untuk cermati kasus yang terjadi seperti atap bangunan roboh yang menggunakan baja ringan.

Meski begitu, dirinya meyakini penggunaan baja ringan jika dilakukan sesuai pedoman, tidak akan terjadi peristiwa roboh.

“Semoga ke depan tidak ada lagi kejadian atap bangunan roboh yang diakibatkan menggunakan baja ringan. Dan tentu kita terus memberikan pemahaman (sosialisasi) kepada para ‘tukang bangunan’ yang mengaplikasikan baja ringan di bangunan gedung, baik itu cara memasang dan penggunaan genteng yang cocok,” tutupnya.

Lebih jauh, dia menjelaskan, penggunaan baja ringan masih sangat kompatibel digunakan. Pembangunan berkelanjutan infrastruktur ini menjadi persoalan kita bersama.

Baca Juga:  UNTAG Semarang Gelar Seminar Nasional tentang Baja Ringan, Stop Penggunaan Kayu?

Selama produk dalam negeri masih dapat dipertahankan, lebih baik menggunakan produk dalam negeri.

Sementara, secara bersamaan, Marketing Specialist PT Sunrise Steel, Dhany Dharmakusumah mengatakan pada umumnya baja ringan itu sangat kuat jika diaplikasikan dengan benar.

Adapun yang benar-benar harus diperhatikan dalam pengaplikasian yakni utama dalam memotong baja ringan itu sendiri. Selain itu, alat yang digunakan juga harus diperhatikan dan tidak ‘ngasal’ menggunakan alat potong.

Juga standar penyimpanan terkait kemiringan atap, juga harus dilapisi alas sebelum dilakukan erection (pemasangan) atap.

PT Sunrise Steel sendiri selain menjual produk baja ringan, juga menyediakan tenaga ahli dalam pemasangan baja ringan kepada pelanggannya, dengan memberikan training pengaplikasiannya. Hal tersebut dilakukan guna meminimalisir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang terjadi di SD Negeri Palebon 01 Semarang.

Sebagai informasi, PT Sunrise Steel dengan brand Zinium sendiri memiliki pabrik di Mojokerto, Jawa Timur yang mampu memproduksi lembaran baja ringan sebesar 400.000 ton pertahun.

Baca Artikel Selanjutnya :

Related Articles

Back to top button